![]() |
| Sumber : Google Images |
A. PENGERTIAN CINTA KASIH
Pada hakikatnya
sejak manusia di lahirkan di muka bumi, manusia telah di anugerahkan perasaan
oleh Sang Maha Kuasa. Perasaan merupakan kebutuhan yang paling mendasar, karena
sudah mendarah daging pada setiap manusia. Dalam menjalani kehidupam di dunia
ini, manusia selalu memilik perasaan cinta dalam berbagai aspek kehidupan
Contoh yang paling konkretnya adalah cinta kepada keluarga, cinta kepada teman, cinta kepada saudara, cinta kepada
suatu pekerjaan, cinta kepada alam, dan lain-lain.
Menurut
kamus umum bahasa indonesia karya W.J.S. Poerwadaminta, cinta adalah rasa
sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih
atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau
cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih
hampir bersamaan, karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka
(sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Cinta
dapat berlangsung sesaat, tetapi rasa kasih sayanglah yang akan menuntun dan
melanjutkan seseorang untuk mengetahui apa itu arti cinta yang sesungguhnya.
Setiap orang memang mempunyai pengertian cinta yang berbeda, tergantung
individu itu sendiri yang mengalami suatu kejadian atau pengalaman yang ia
alami.
Erich
Fromm dalam bukunya menyebutkan, “cinta
itu yang paling utama adalah memberi, bukan menerima. Yang paling penting dalam
memberi adalah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan material. Yang merupakan
ungkapan paling tinggi dari kemampuan”.
Dr.
Sarwito W. Sarwono
mengemukakan bahwa cinta memiliki 3 unsur, yaitu ketertarikan, keintiman, dan
kemesraan. Ketertarikan adalah perasaan untuk hanya bersama dia, segala
prioritas hanya untuk dia. Keintiman adalah adanya kebiasaan-kebiasaan dan
tingkah laku untuk menunjukkan bahwa seseorang itu dengan seseorang lainnya
sudah tidak ada jarak lagi. Sedangkan kemesraan adalah adanya rasa ingin
mengenal lebih dekat dengan seseorang yang dekat dengan kita. Biasanya
kemesraan ditunjukkan dengan perilaku saling bersentuhan maupun dengan ucapan
atau kata-kata yang lebih mendalam.
Dalam
kitab suci Alqur’an ditemui adanya fenomena cinta yang bersembunyi di dalam
jiwa manusia. Cinta memiliki tiga tingkatan-tingkatan, antara lain :
1. Cinta
tingkat tertinggi
![]() |
| Sumber : Google Images |
Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah dan
Rasulnya. Bagi setiap orang islam yang bertaqw a, sudah menjadi keharusan bahwa
cinta kepada Allah Rasulullah merupakan cinta yang tidak ada duanya. Hal ini
merupakan konsekwensi iman dan merupakan keharusan dalam islam.
2. Cnta
tingkat menengah
![]() |
| Sumber : Google Images |
Cnta tingkat menengah merupakan suatu enegi yang datang dari
perasaan hati dan jiwa. Ia timbul dari perasaan seseorang yang dicintainnya,
aqidah, keluarga, kekerabatan atau persahabatan. Karenanya hubungan cinta,
kasih sayang dan kesetiaan diantara mereka semakin akrab
3. Cinta tingkat terendah
![]() |
| Sumber : Google Images |
Cinta tingkat terendah adalah cinta yang paling keji, hina
dan merusak rasa kemanusiaan. Karena itu ia adalah cinta rendahan. Bentuknya
beraneka ragam, misalnya cinta kepada thagut (syetan) atau sesuatu yang disembah
selain Allah, cinta berdasarkan hawa nafsu dan cinta kepada harta benda.
B.
CINTA
MENURUT AJARAN AGAMA
Ada
yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan
dengan agama. Tetapi dalam kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya
cinta dalam kehidupan ini. Di satu pihak, cinta didengungkan lewat lagu dan
organisasi perdamaian, akan tetapi dalam praktek kehidupan manusia cinta
sebagai dasar kehidupan masih sangat jauh dari kenyataan. Atas dasar ini agama
memberikan ajaran cinta kepada manusia. Dalam kehidupan manusia, cinta
menampakan diri dalam berbagai bentuk. Berbagai bentuk cinta ini bisa kita
dapatkan dalam kitab suci Alqur’an.
Dalam ajaran agama Islam, terutama
yang di jelaskan dalam Al-Qur’an, cinta memiliki beberapa pengertian, antara
lain :
- Cinta Rahmah, cinta penuh kasih sayang, lembut, rela berkorban dan siap melindungi.
- Cinta Mawaddah, cinta yang menggebu-gebu atau cinta yang membara.
- Cinta Mail, cinta yang hanya bersifat sementara, sehingga seseorang tersebut ingin meminta perhatian dari banyak orang hinggal hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Contohnya adalah poligami (ketika kita sedang jatuh cinta kepada yang lebih muda, yang tua (lama) tidak diperhatikan lagi).
- Cinta Shobwah, cinta yang mendorong perilaku menyimpang tanpa sanggup mengelak (secara tidak sadar dia tidak tahu apa yang telah ia perbuat). Cinta jenis ini sering dikatakan cinta buta.
- Cinta Kulfah, perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif, meski itu sulit untuk dijalani.
Dalam agama Islam, cinta yang
dimaksudkan adalah cinta terhadap Allah S.W.T, cinta terhadap orang tua, cinta
terhadap sesama manusia (rasa belas kasih), cinta terhadap semua makhluk
ciptaan-Nya.
Cinta
Diri
Cinta
diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap
hidup, mengembangkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri dan ia pum
mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia
membenci segala sesuatu yang menghalanginya untuk hidup, berkembang dan
mengaktualisasi dirinya. Ia juga membenci segala sesuatu yang mendatangkan rasa
sakit, penyakit dan mara bahaya.
Namun
hendaknya cinta manusia pada dirinya tidaklah terlalu berlebih-lebihan dan
melewati batas. Sepatutnya cinta pada diri sendiri ini diimbangi denga cinta
pada orang lain dan cinta berbuat kebajikan kepada siapa pun.
Cinta kepada Sesama Manusia
Agar manusia dapat hidup dengan
penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainya, tidak boleh ia harus
membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya. Hendaknya ia
menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang pada orang-orang lain, bekerja sama dengan
memberi bantuan kepada orang lain. Allah ketika memberikan isyarat tentang
kecintaan manusia pada dirinya sendiri seperti yang tampak pada keluh kesahnya
apabila ia tertimpa kesusahan dan juga Allah memberikan pujian kepada
orang-orang yang berusaha untuk tidak berlebih-lebihan dalam cintanya kepada
dirinya sendiri.
Alqur’an
juga menyeru kepada orang-orang yang berimab agar saling mencintai seperti
cinta mereka pada dirinya sendiri. Dalam seruan itu sesungguhnya terkandung
pengarahan kepada para mukmin agar tidak berlebih-lebihan dalam mencintai diri
sendiri.
Cinta
Seksual
Cinta erat kaitanya denga doronga seksual. Sebab ialah yang
bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian dan kerjasama antara suami
dan istri. Ia merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan hidup keluaga.
Dorongan
seksual melakukan suatu fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi
kelangsungan jenis. Lewat dorongan seksualah terbentuk keluarga. Dari keluarga
terbentuk masyarakat dan bangsa. Islam mengakui dorongan seksual dan tidak
mengingkarinya, yang diserukan islam hanyalah pengendalian dan penguasaan cinta
ini, lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan cara yang sah, yaitu denga
perkawinan.
Dalam agama Islam, sebenarnya cinta
tidak diperbolehkan, karena belum mukhrim. Karena belum boleh mencintai dan
memiliki lawan jenis sebelum menikah. Pacaran pun sebenarnya dilarang.
Refrensi :
- Nugroho, Widyo, Muchji, Ahmad. 1996. Ilmu Budaya
Dasar, Jakarta: Gunadarma




Tidak ada komentar:
Posting Komentar